Sang Juara
2 posters
Page 1 of 1
Sang Juara
Sang Juara
Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil
balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu. Sebab, ini adalah babak
final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan
yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, karena memang begitulah
peraturannya.
Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk
dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah
yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu
untuk berpacu melawan mobil lainnya.
Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana
dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang
dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, karena
mobil itu buatan tangannya sendiri.
Tibalah saat yang dinantikan, final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap
anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka
kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4
"pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur
terpisah diantaranya.
Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba
dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam,
dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia
berkata, "Ya, aku siap!".
Doooor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai
mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat.
Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya
masing-masing. "Ayo..ayo...cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak
mereka. Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah
terlambai. Dan, Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia
Berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih Tuhan."
Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu
diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa
kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?".
Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku
panjatkan" kata Mark.
Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan
untuk menolongmu mengalahkan orang lain. "Aku, hanya bermohon pada
Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah."
Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah
gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.
Renungan :
Anak-anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua.
Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian.
Mark, tak memohon kepada Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang
ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua
harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya.
Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat
menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau
menyadari kekurangan dengan rasa bangga.
Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan utuk berdoa pada Tuhan
untuk mengabulkan setiap permintaan kita.
Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu,
menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu
sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan
cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukankah yang kita butuh adalah
bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya?
Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat.
Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini.
Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui?
Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat
kita lemah, cengeng dan mudah menyerah.
Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya yang shaleh.
Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil
balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu. Sebab, ini adalah babak
final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan
yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, karena memang begitulah
peraturannya.
Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk
dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah
yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu
untuk berpacu melawan mobil lainnya.
Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana
dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang
dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, karena
mobil itu buatan tangannya sendiri.
Tibalah saat yang dinantikan, final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap
anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka
kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4
"pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur
terpisah diantaranya.
Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba
dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam,
dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia
berkata, "Ya, aku siap!".
Doooor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai
mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat.
Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya
masing-masing. "Ayo..ayo...cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak
mereka. Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah
terlambai. Dan, Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia
Berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih Tuhan."
Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu
diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa
kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?".
Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku
panjatkan" kata Mark.
Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan
untuk menolongmu mengalahkan orang lain. "Aku, hanya bermohon pada
Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah."
Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah
gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.
Renungan :
Anak-anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua.
Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian.
Mark, tak memohon kepada Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang
ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua
harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya.
Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat
menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau
menyadari kekurangan dengan rasa bangga.
Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan utuk berdoa pada Tuhan
untuk mengabulkan setiap permintaan kita.
Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu,
menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu
sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan
cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukankah yang kita butuh adalah
bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya?
Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat.
Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini.
Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui?
Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat
kita lemah, cengeng dan mudah menyerah.
Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya yang shaleh.
Admin- Admin
-
Number of posts : 577
Age : 36
Location : In My ROomZZ
Registration date : 2007-10-28
Character sheet
games:
Re: Sang Juara
mantab bgt cerita nya...
bos_mukale- mahasiswa
- Number of posts : 3
Registration date : 2007-11-01
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
|
|